Suatu saat al-Habib Umar bin Hafidz ingin melakukan perjalanan dakwah ke pedalaman Afrika. Ketika itu beliau ditemani oleh seorang muallaf bernama Khomis. Khomis adalah salah satu diantara orang-orang yang masuk Islam melalui perantara tangan al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha al-Haddad dan sering membantu kegiatan dakwah beliau selama di daerahnya.
Pedalaman Afrika yang ingin dikunjungi oleh al-Habib Umar harus melewati hutan belantara, yang mana hutan belantara Afrika terkenal akan hewan buasnya. Tapi dengan mantap Habib Umar bin Hafidz memberikan isyarat untuk segera berangkat.
Dimulailah perjalanan dakwah beliau. Sebelum masuk ke dalam hutan, beliau beserta rombongan dihentikan oleh beberapa orang polisi yang sedang berjaga di sebuah pos dekat dengan hutan yang ingin dilalui oleh al-Habib Umar. Mereka hendak memperingatan agar al-Habib Umar tidak memasuki hutan karena hari sudah malam. Ditakutkan beliau dan rombongan akan diserang oleh beberapa hewan buas yang keluar untuk mencari mangsa di saat malam tiba.
Al-Habib Umar pun keluar dari mobil yang ditumpanginya dan berdiri di samping mobil tersebut. Serta merta al-Habib Umar memerintahkan seseorang untuk menggelar tikar di dekat mobil dan memerintahkan rombongan untuk membaca Maulid al-Habsyi (Simthud Durar). Pembacaan maulid pun dimulai. Karena para polisi yang berjaga di pos itu beragama Kristen, mereka pun hanya bisa menonton dari kejauhan.
Setelah pembacaan maulid selesai, al-Habib Umar mendapat isyarat untuk melanjutkan perjalan malam itu juga. Para polisi itu tetap berusaha untuk mencegahnya, tapi al-Habib Umar bersikeras ingin melanjutkan perjalanannya. Para polisi pun kalah argumen dan berinisiatif untuk mengikuti al-Habib Umar dari belakang menggunakan mobil lain, takut kalau tejadi apa-apa dengan al-Habib Umar dan rombongan.
Di tengah perjalanan hal yang dikhawatirkanpun terjadi. Di depan mobil yang ditumpangi oleh al-Habib Umar, muncul seekor singa. Ketika itu al-Habib Umar duduk di kursi depan. Mulailah singa itu mengitari mobil tersebut. Walaupun demikian sang Habib tetap tenang, berbeda dengan rombongan lain yang mulai menunjukkan rasa ketakutannya.
Tak lama kemudian singa itu berhenti di depan jendela sebelah tempat duduk al-Habib Umar, lalu menaikkan kaki depannya ke atas jendela. Al-Habib Umar pun tetap tenang tanpa menunjukkan rasa ketakutan sedikitpun. Lalu beliau berkata kepada supir: “Turunkan jendela ini!”
Supir pun menjawab dengan ketakutan: “Ya Habib, ini singa!”
Tapi al-Habib Umar tetap ingin agar dia menurunkan jendela tersebut. Kaca jendela pun diturunkan. Suatu kejadian menakjubkan pun terjadi, al-Habib Umar mengajak bicara singa tersebut! “Hai singa! Kami ini adalah utusan Rasulullah Saw.”
Kemudian al-Habib Umar mengambil sebuah pisang dan memberikannya kepada singa itu. Singa yang biasanya makan daging, kali ini mau memakan pisang yang diberikan al-Habib Umar. Setelah memakan pisang itu, singa mengangguk-anggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan al-Habib Umar dan rombongan. Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Tak lama kemudian al-Habib Umar dan rombongan sampai ke tempat tujuan.
Setelah menyaksikan kejadian yang luar biasa itu, para polisi yang sebelumnya beragama Kristen itupun ingin mengikrarkan diri mereka untuk masuk agama Islam. Ternyata kejadian yang mereka saksikan menjadi sebab hidayah Allah Swt. yang ingin mengembalikan mereka ke dalam pelukan Islam.
Disarikan dari tulisan KH. Mukhlas Noer (Ketua Ponpes Lirboyo Kediri). Kisah ini juga pernah disinggung oleh almarhum al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa.
Kisah sahabat Safinah, kurir Nabi Muhammad SAW
Bismillaahirrohmaanirrohiim..
Ada satu sahabat Rosululloh, Safinah maula Rosulillah SAW yang berkhidmah kepada Rosululloh, ditugaskan untuk menyampaikan sebuah surat untuk sayyidina Mu'adz di Yaman. Maka ia pun naik perahu yang kemudian karam diterpa badai hingga hancur. Safinah terdampar di sebuah pulau sendirian. Dan di pulau tersebut ia tidak tahu harus kemana, dan kemana lagi ia harus mencari perumahan penduduk?
Ditengah kebingungannya dalam mencari keselamatan, akhirnya ia 'berjumpa' dengan seekor singa besar yang nampak kelaparan. Lalu Safinah sahabat Rosululloh SAW itu memberi salam kepada singa dan berkata, “Wahai singa, aku adalah Safinah pembantunya Rosululloh SAW, aku terdampar disini dalam rangka menjalankan tugas dari Rosululloh, naik perahu tapi perahuku pecah dan karam sehingga aku terdampar di pulau ini. Kalau engkau betul beriman kepada Rosululloh, tolong tunjukkan aku tempat dimana aku bisa mendapatkan pertolongan, dan bisa menumpang untuk menuntaskan tugas yang aku pikul ini.”
Maka singa tersebut yang tadinya nampak garang, tiba-tiba mengangguk-anggukkan kepalanya dan juga menggeserkan tubuhnya ke tubuh Safinah, seolah-olah mengisyaratkan agar Safinah sahabat Rosululloh ikut kepada sang Singa.
Lalu Safinah pun mengikuti Singa tersebut. Diikutilah sampai tiba di suatu tempat (jalan) yang biasanya dilalui oleh kafilah (rombongan), hingga akhirnya Safinah bertemu dengan rombongan dan ikut menumpang kendaraan bersama mereka.
Setelah memberikan pertolongan kepada sahabat Rosululloh, Sang raja Hutan itu seolah-olah mengucapkan selamat jalan dan salam perpisahan.
HIKMAH:
Manakala kita menjalin hubungan yang erat dengan Nabi Muhammad SAW dan juga dengan orang-orang yang memiliki "koneksi" kuat dengan Nabi Muhammad SAW (seperti para Ahlul Bayt dan para Sahabat), maka niscaya kita pasti akan selamat.
Lihatlah, bahkan seekor Singa pun segan, takut, dan berkhidmah kepada setiap orang yang punya hubungan dengan Nabi besar Muhammad SAW.
Dan sesungguhnya tentang penyampaian (nasihat) dari para ulama, para Salaf-Salaf kita, para Auliya, dan para Sholihin, semuanya adalah dalam rangka mempererat hubungan kita.
Kalau kita jalankan, maka akan mempererat hubungan kita dengan Rosululloh SAW, yang mana hubungan erat itu adalah sumber daripada keberuntungan, sumber daripada keselamatan dunia dan akhirat.
0 Response to "Karomah Habib Umar bin Hafidz"
Post a Comment